Dalam Sebuah hubungan pernikahan, akan aneh rasanya jika tidak ada sedikitpun pertikaian, dan semua itu tidak dapat di pandang sebelah mata saja. Pandangan orang lain cenderung menjadi hal yang sangat di hindari jika ada sesuatu yang terjadi dalam hubungan pernikahan. Sampai terkadang mereka lupa, bahwa merekalah yang menjalankan itu semua, hal yang akan menempel bahkan masuk ke dalam pori pori mereka seumur hidup mereka, tetapi memang, bagi orang yang sedang menjalankan perihnya dunia pernikahan, ada kenyaataan pahit yang tidak bisa kamu ungkapkan kepada orang lain, mungkin ada beberapa orang yang bisa kamu ajak bicara untuk keluh kesah, seperti contohnya yaitu mertua kamu sendiri. Namun, apa yang terjadi jika bahkan mertua kamu tidak berada di pihak mu, sedangkan untuk cerita ke orang tua kalian sendiri, hal yang sudah kita tanamkan dari dulu bahwa hal tersebut adalah hal yang tabu untuk di ceritakan ke orang tua sendiri, dengan alasan bahwa hal itu akan membuat pasangan kamu menjadi buruk di pandangan keluargamu sendiri. Dan jika kita sampai cerita ke orang yang salah, seperti teman yang sudah kita anggap dekat, dampaknya dia akan terpengaruh oleh cerita dari kita saat itu, dimana dia akan membenci pasangan kita, belum lagi mendengar beberapa lidah yang berkata "Ceraikan Saja", mungkin saat pacaran cukup mudah untuk berkata "Putus", tapi dalam sebuah ikatan pernikahan yang SAH di mata agama dan negara, itu bukan hal mudah seperti membalikan tangan. Bagi kita, pasangan dalam hubungan suami istri itu seperti "Neraca", kiri untuk kesalahannya, dan kanan untuk kebaikannya, banyak sekali pertimbangan yang harus kita ukur per gram nya, ketika kesalahannya membuat "Neraca Kiri" bertambah bebannya, ternyata sebelum itu terisi, "Neraca Kanan" sudah lebih dulu menyentuh tanah. Kebimbangan mulai terjadi, apakah kita harus menunggu untuk "Neraca Kiri" lebih berat, atau setidaknya sejajar, atau bahkan, walaupun "Neraca Kanan" sudah tidak terkalahkan, saat "Neraca Kiri" terisi sedikit, apakah kita harus langsung menyerah???